"KEBERSAMAAN", Eno' Engkau Hebat Kawan
Mata kita sering hanya melihat hal-hal di permukaan, tidak menjamah hingga ke akar dan menggalinya lebih dalam. Penyanyi Jalanan, sebuha film dokumentar tentang hidup ini, diyakinai dapat mengispirasi Anda.
Ceritaya menyorot kehidupan tiga musisi jalanan atau pengamen jalanan di Kabupaten Pangkep, Udin, Eno dan Rizal. Tentunya, ketiga penagamnen jalanan ini punya cerita yang berbedah.
Dimulai dari Udin yang awalnya adalah seorang penjual Asongan di Pantai Losari Kota Makassar sejak tahun 2000. Di tahun 2001, Udin telah mengakhiri asongannya (pejual rokok). Udin terpaksa tidak pulang kerumah orangtuanya. Udin muali ngamen di jalan Tanjung Metro (Pantai Losari) pada tahun 2002. Udin, dengan tatanan rambut panjang dan gribo yang selalu menutupi menggunakan Kupluknya, kesan kumuh sangat melekat padanya. "Hidup itu harus dihidupkan!" itu slogannya. Istri tidak punya, Pacar Selalu gagal. Apalagi tempat tinggal di Kota Makassar. Udin tinggal dimana-mana.Terkadang, Ia menumpang dirumah panggung tempat Pamannya tinggal. Lebih sempurna rasanya bila Udin memiliki kekasih dan motivasi lain dalam menjalani hidupnya yang getir.
Ada pula Eno, sudah memiliki pasangan hidup dan dikarunia dua anak perempuan. Sebelum dirinya mengalami kecelakaan, Eno salah seoarang pekerja Bangunan di Kota Makassar, Eno memang orang sangat pandai dalam pekerajaan bangunan. Namum sejak tahun 2002 Eno mengalami musibah dalam pekerjaan bangunan di daerah antang. sejak musibah itu yang menimpah Eno, tampa ada alasan, Eno ditinggalkan oleh istrinya dengan keadaan sakit.
Sejak itupun, Eno dan kedua anaknya, Laras dan Wulan diajak ke Jawa Timur (Pulau Madura) dengan orangtuanya (Ibu Eno). Sejak Eno berada di Pulau Madura, Eno menjalani pengobatan luka bakar di bagian tubuhnya, kemuadian tangan kanangnya di Infutasi, karena orangtua Eno takut penyakitnya menular kebagian tubuhnya. Saat melakukan oprasi, Eno terlihat pasrah saja.
Pada tahun 2003, Eno kembali ke Kota Makassar dan memutuskan untuk bekerja sebagai pekerja Bangunan. Dengan menyambung hidup meraka dan anak-anaknya, Eno diajak ngamen salah satu sahabatnya, yang sudah ngamen dijalanan, yakni,Udin yang juga mempunyai bakat yang suaranya sangat Fals banget.
Pertama kali Eno ngamen sejak tahun 2004 dan penjual-penjual di Pantai Losari dipindahkan ke jalan Tajung Metro/Laguna. Eno merasa malu saat pertama kali ngamen dan mengenal dunia jalanan. Namum Eno tetap berusaha dan selalu berusaha untuk tidak malu kepada pelanggan dan teman-teman Ngamennya.
Dala menyabung hidup. "Ia terpaksa mencari makan sehari-harinya". Tentunya dengan harapan, kalak suatu hari nanti, ia dan keluaraga kecilnya akan memiliki rumah sendiri.Rumah kecil yang nyamanan dan hangat.
Eno’. Jangan dikira dia perempuan. Lelaki muda dengan tangan kanan buntung ini adalah pemusik kreatif dengan suara, boleh tahan! Dia mesti memasangi ujung tangannya yang cacat dengan plastik pembetot gitar lalu diikat karet.
Berpidah ke Rizal, Lelaki memang sudah tak aneh lagi bila harus mengerjakan pekerjaan "Jalanan". Rizal sengaja pindah dari Kampung ke Kota Makassar guna mencari penghidupan yang lebih baik. Rizal pun mendapatkan pekerjaan di Cafe Karisma, yang bertemapt di jalan Tanjung Metro Makassar. Kemudian para pedanggang digusur lagi oleh pemerintah kota makassar, dipindahkan ke dalam Taman, yang diberi nama "LAGUNA". Eno dan udin tetap ngamen di Laguna sejak itu.
Pada tahun 2004, Rizal pun meninggalkan pekerjaannya di cafe tersebut. Saat itu Rizal lebih awal mengenal wawan, kaka dari Udin. Saat itupun Rizal ikut-ikut ngamen di saudaranya Udin, dan bertemu dengan Udin dan Eno. Pada saat itu, Udin dan Eno bertemu Rizal dan ngajak ngamen bersama di Laguna Kota Makassar.
Dengan impian dan harapan masing-masing, Udin, Eno dan Rizal
senantiasa mengumpulkan receh demi receh dan menyanyi dari satu tempat ke tempat lain, pagi hingga malam. Tak, Selalu mulus, kadang ada saja hal-hal yang menghabat mereka untuk bertahan hidup dan membuat sirna impian mereka.
Memasuki tahun 2005, ketiga sahabat ini, memutuskan untuk keluar dari Kota Makassar untuk melajutkan pekerjaan "Ngamen". Udin, Eno dan Rizal hijrah ke Kota Pare-pare, tapi pendapatan disana sangat kuran tidak cukup untuk makan dan banyar uang kost. Satu bulan kemudian, ketiga pengamen ini kembali ke kota Makassar, namum tak sampai di kota makassar saat itu, ketiga penyanyi jalanan ini, turun di Kabupaten Pangkep, dan mulai ngamen disalah satu Rumah Makan Sop Saudara, yakni , Warung77 dan di tugu Bambu Runcing Kabupaten Pangkep.
Bersambung:...................//
Bagamanakah perjelanan mereka seterusnya? Akankah Eno dan anaknya memiliki rumah? Atau Udin akan bertemu pemdamping hidupnya? Bagaiman dengan Rizal?.
Rahman , Sutradra asal Balocci Pangkep, terenyuh hatinya untuk membuat film dokumentar tentang kehidupan pengamen di Pangkep dalam film Anak Jalanan. Semula, proyek ini hanya akan dibuat film pendek , tetapi sayang rasanya bila kisah dari masing-masing tokoh tidak diangkat.
Tak ada salahnya sesekali menengok ke bawa.Ditengah gedung-gedung tinggi yang menjulang, ditengah bagunan-bangunan mewah di Kota Makassar/Pangkep, masih banyak mereka yang hidup dibawa garis kemiskinan. Habitanya sangat tidak layak, Pemerintah tidak menghiraukannya. Namum mereka tetap cinta dengan Negeri ini.
Penulis: Saharuddin
Reporter: Harian Ajatappareng News
PANGKEP, Rabu Februari 2015
Ceritaya menyorot kehidupan tiga musisi jalanan atau pengamen jalanan di Kabupaten Pangkep, Udin, Eno dan Rizal. Tentunya, ketiga penagamnen jalanan ini punya cerita yang berbedah.
Dimulai dari Udin yang awalnya adalah seorang penjual Asongan di Pantai Losari Kota Makassar sejak tahun 2000. Di tahun 2001, Udin telah mengakhiri asongannya (pejual rokok). Udin terpaksa tidak pulang kerumah orangtuanya. Udin muali ngamen di jalan Tanjung Metro (Pantai Losari) pada tahun 2002. Udin, dengan tatanan rambut panjang dan gribo yang selalu menutupi menggunakan Kupluknya, kesan kumuh sangat melekat padanya. "Hidup itu harus dihidupkan!" itu slogannya. Istri tidak punya, Pacar Selalu gagal. Apalagi tempat tinggal di Kota Makassar. Udin tinggal dimana-mana.Terkadang, Ia menumpang dirumah panggung tempat Pamannya tinggal. Lebih sempurna rasanya bila Udin memiliki kekasih dan motivasi lain dalam menjalani hidupnya yang getir.
Ada pula Eno, sudah memiliki pasangan hidup dan dikarunia dua anak perempuan. Sebelum dirinya mengalami kecelakaan, Eno salah seoarang pekerja Bangunan di Kota Makassar, Eno memang orang sangat pandai dalam pekerajaan bangunan. Namum sejak tahun 2002 Eno mengalami musibah dalam pekerjaan bangunan di daerah antang. sejak musibah itu yang menimpah Eno, tampa ada alasan, Eno ditinggalkan oleh istrinya dengan keadaan sakit.
Sejak itupun, Eno dan kedua anaknya, Laras dan Wulan diajak ke Jawa Timur (Pulau Madura) dengan orangtuanya (Ibu Eno). Sejak Eno berada di Pulau Madura, Eno menjalani pengobatan luka bakar di bagian tubuhnya, kemuadian tangan kanangnya di Infutasi, karena orangtua Eno takut penyakitnya menular kebagian tubuhnya. Saat melakukan oprasi, Eno terlihat pasrah saja.
Pada tahun 2003, Eno kembali ke Kota Makassar dan memutuskan untuk bekerja sebagai pekerja Bangunan. Dengan menyambung hidup meraka dan anak-anaknya, Eno diajak ngamen salah satu sahabatnya, yang sudah ngamen dijalanan, yakni,Udin yang juga mempunyai bakat yang suaranya sangat Fals banget.
Pertama kali Eno ngamen sejak tahun 2004 dan penjual-penjual di Pantai Losari dipindahkan ke jalan Tajung Metro/Laguna. Eno merasa malu saat pertama kali ngamen dan mengenal dunia jalanan. Namum Eno tetap berusaha dan selalu berusaha untuk tidak malu kepada pelanggan dan teman-teman Ngamennya.
Dala menyabung hidup. "Ia terpaksa mencari makan sehari-harinya". Tentunya dengan harapan, kalak suatu hari nanti, ia dan keluaraga kecilnya akan memiliki rumah sendiri.Rumah kecil yang nyamanan dan hangat.
Eno’. Jangan dikira dia perempuan. Lelaki muda dengan tangan kanan buntung ini adalah pemusik kreatif dengan suara, boleh tahan! Dia mesti memasangi ujung tangannya yang cacat dengan plastik pembetot gitar lalu diikat karet.
Berpidah ke Rizal, Lelaki memang sudah tak aneh lagi bila harus mengerjakan pekerjaan "Jalanan". Rizal sengaja pindah dari Kampung ke Kota Makassar guna mencari penghidupan yang lebih baik. Rizal pun mendapatkan pekerjaan di Cafe Karisma, yang bertemapt di jalan Tanjung Metro Makassar. Kemudian para pedanggang digusur lagi oleh pemerintah kota makassar, dipindahkan ke dalam Taman, yang diberi nama "LAGUNA". Eno dan udin tetap ngamen di Laguna sejak itu.
Pada tahun 2004, Rizal pun meninggalkan pekerjaannya di cafe tersebut. Saat itu Rizal lebih awal mengenal wawan, kaka dari Udin. Saat itupun Rizal ikut-ikut ngamen di saudaranya Udin, dan bertemu dengan Udin dan Eno. Pada saat itu, Udin dan Eno bertemu Rizal dan ngajak ngamen bersama di Laguna Kota Makassar.
Dengan impian dan harapan masing-masing, Udin, Eno dan Rizal
senantiasa mengumpulkan receh demi receh dan menyanyi dari satu tempat ke tempat lain, pagi hingga malam. Tak, Selalu mulus, kadang ada saja hal-hal yang menghabat mereka untuk bertahan hidup dan membuat sirna impian mereka.
Memasuki tahun 2005, ketiga sahabat ini, memutuskan untuk keluar dari Kota Makassar untuk melajutkan pekerjaan "Ngamen". Udin, Eno dan Rizal hijrah ke Kota Pare-pare, tapi pendapatan disana sangat kuran tidak cukup untuk makan dan banyar uang kost. Satu bulan kemudian, ketiga pengamen ini kembali ke kota Makassar, namum tak sampai di kota makassar saat itu, ketiga penyanyi jalanan ini, turun di Kabupaten Pangkep, dan mulai ngamen disalah satu Rumah Makan Sop Saudara, yakni , Warung77 dan di tugu Bambu Runcing Kabupaten Pangkep.
Bersambung:...................//
Bagamanakah perjelanan mereka seterusnya? Akankah Eno dan anaknya memiliki rumah? Atau Udin akan bertemu pemdamping hidupnya? Bagaiman dengan Rizal?.
Rahman , Sutradra asal Balocci Pangkep, terenyuh hatinya untuk membuat film dokumentar tentang kehidupan pengamen di Pangkep dalam film Anak Jalanan. Semula, proyek ini hanya akan dibuat film pendek , tetapi sayang rasanya bila kisah dari masing-masing tokoh tidak diangkat.
Tak ada salahnya sesekali menengok ke bawa.Ditengah gedung-gedung tinggi yang menjulang, ditengah bagunan-bangunan mewah di Kota Makassar/Pangkep, masih banyak mereka yang hidup dibawa garis kemiskinan. Habitanya sangat tidak layak, Pemerintah tidak menghiraukannya. Namum mereka tetap cinta dengan Negeri ini.
(Ketgam: Tiga Orang Penyanyi Jalanan, Launching Lagu Terbarunya di Radio Torani FM) |
Penulis: Saharuddin
Reporter: Harian Ajatappareng News
PANGKEP, Rabu Februari 2015
0 Response to ""KEBERSAMAAN", Eno' Engkau Hebat Kawan"
Posting Komentar